“ AKURAT “ ADAPTASI DAN KOMPETENSI : UPAYA MEWUJUDKAN GURU BERMUTU DI ERA PERUBAHAN FUNDAMENTAL AKIBAT DISRUPSI TEKNOLOGI DIGITAL
“ AKURAT “
ADAPTASI
DAN KOMPETENSI : UPAYA MEWUJUDKAN GURU BERMUTU DI ERA PERUBAHAN FUNDAMENTAL AKIBAT DISRUPSI TEKNOLOGI
DIGITAL
BAB I PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Perkembangan teknologi digital yang
begitu pesat dalam beberapa dekade terakhir telah memengaruhi berbagai aspek
kehidupan manusia, termasuk pendidikan. Era disrupsi teknologi membawa
perubahan mendasar dalam sistem pembelajaran, di mana proses pendidikan tidak
lagi terbatas pada ruang kelas konvensional, tetapi meluas ke ruang digital.
Guru sebagai elemen penting dalam dunia pendidikan menghadapi tantangan besar
untuk tetap relevan di tengah perubahan ini.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, guru adalah pendidik profesional
yang bertugas untuk mendidik, mengajar, membimbing,
dan melatih peserta didik. Dalam
menjalankan tugasnya, guru diwajibkan untuk terus meningkatkan kompetensi
profesional sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman. Peraturan Pemerintah
Nomor 19 Tahun 2017 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun
2008 tentang Guru juga menegaskan pentingnya pengembangan kompetensi sebagai
bagian dari upaya menjaga mutu guru.
Di era disrupsi teknologi, peran guru
tidak lagi hanya sebagai penyampai informasi tetapi juga sebagai fasilitator
pembelajaran yang mampu memanfaatkan teknologi untuk menciptakan pengalaman
belajar yang inovatif. Kompetensi guru dalam
literasi digital, adaptasi
terhadap perubahan, dan penguasaan teknologi
pendidikan
menjadi kebutuhan mendesak agar mereka dapat mendukung peserta didik untuk
menghadapi tantangan abad ke-21.
Namun, berdasarkan data dan pengamatan
di lapangan, masih terdapat kesenjangan antara kebutuhan adaptasi teknologi
dengan kesiapan sebagian besar guru. Beberapa
kendala utama yang dihadapi
antara lain minimnya pelatihan
yang relevan, terbatasnya akses terhadap teknologi, serta resistensi terhadap
perubahan. Jika tidak segera ditangani, tantangan ini dapat menghambat
tercapainya mutu pendidikan yang diharapkan.
Artikel ini berfokus pada pentingnya
adaptasi dan kompetensi dalam mewujudkan guru bermutu di tengah perubahan
fundamental akibat disrupsi teknologi digital. Dengan memperkuat strategi
adaptasi dan pengembangan kompetensi, guru tidak hanya mampu memenuhi tuntutan
era digital tetapi juga dapat memainkan peran sentral dalam mencetak generasi
penerus bangsa yang kompetitif secara global.
Oleh karena itu, upaya ini membutuhkan
kerja sama yang sinergis antara pemerintah, institusi pendidikan, dan para
guru. Dengan landasan regulasi yang sudah ada serta implementasi yang tepat,
transformasi pendidikan yang bermutu dan relevan di era digital dapat tercapai.
B.
TUJUAN DAN MANFAAT
Berdasarakan uraian latar belakang di atas, tujuan dalam penulisan
artikel ilmiah ini adalah sebagai berikut:
1.1
Tujuan Umum :
Mengidentifikasi dan menganalisis
strategi adaptasi dan pengembangan kompetensi yang diperlukan untuk mewujudkan
guru bermutu dalam menghadapi perubahan fundamental akibat disrupsi teknologi
digital, guna mendukung tercapainya pendidikan yang berkualitas di era
digital..
1.2
Tujuan Khusus :
Berlatar belakang uraian yang telah dipaparkan sebelumnya, maka tujuan khusus yang ingin dicapai sebagai berikut:
1. Mengkaji dampak
disrupsi teknologi digital
terhadap peran dan tugas guru dalam sistem pendidikan.
2. Menjelaskan pentingnya adaptasi dan pengembangan kompetensi bagi guru
untuk menjawab tantangan era digital.
3. Mengidentifikasi kendala
yang dihadapi guru dalam upaya beradaptasi
dengan perkembangan teknologi.
4. Memberikan rekomendasi langkah-langkah strategis untuk meningkatkan
kompetensi guru agar mampu memanfaatkan teknologi secara efektif dalam
pembelajaran.
5. Mendukung implementasi kebijakan pemerintah terkait
pengembangan profesionalisme guru di era digital.
Berdasarakan uraian latar belakang di atas, manfaat yang
diperoleh dalam penulisan artikel ilmiah ini
adalah sebagai berikut:
1.3
Manfaat bagi guru sebagai penulis
a.
Memperdalam pemahaman tentang
pentingnya adaptasi dan pengembangan kompetensi dalam menghadapi perubahan
akibat disrupsi teknologi digital.
b.
Memberikan panduan praktis dalam
meningkatkan kemampuan profesional, terutama dalam literasi digital dan
penerapan teknologi pendidikan.
c.
Meningkatkan kesadaran diri sebagai
pendidik untuk terus berkembang sejalan dengan tuntutan zaman.
2.2 Manfaat bagi Siswa
a.
Mendapatkan pengalaman belajar yang lebih inovatif,
interaktif, dan relevan
melalui pembelajaran berbasis teknologi.
b.
Terbantu dalam mempersiapkan diri menghadapi dunia yang semakin
digital dengan bimbingan guru yang kompeten.
c.
Meningkatkan motivasi belajar
karena proses pembelajaran menjadi lebih menarik dan sesuai dengan kebutuhan
mereka.
2.3 Manfaat bagi Sekolah
a.
Meningkatkan kualitas pendidikan
secara keseluruhan melalui keberadaan guru yang lebih kompeten dan adaptif
terhadap perkembangan teknologi.
b.
Menciptakan lingkungan pembelajaran
yang kondusif dan modern, selaras dengan tuntutan era digital.
c.
Memperkuat reputasi sekolah sebagai
institusi yang mendukung inovasi dan profesionalisme tenaga pendidik
C.
METODE PENELITIAN
Penelitian dalam artikel ini menggunakan
metode deskriptif kualitatif, yang
bertujuan untuk menggambarkan secara mendalam fenomena adaptasi dan
pengembangan kompetensi guru dalam menghadapi perubahan akibat disrupsi
teknologi digital. Pendekatan ini relevan karena
memungkinkan penggalian informasi secara detail tentang tantangan, strategi,
dan peluang yang dihadapi guru.
Tahapan Penelitian
1. Studi Literatur
·
Mengkaji berbagai referensi,
seperti jurnal ilmiah, buku, dan peraturan pemerintah terkait pendidikan,
adaptasi teknologi, dan pengembangan kompetensi guru.
·
Mengidentifikasi konsep-konsep
kunci yang mendukung penyusunan strategi untuk mewujudkan guru bermutu.
2. Wawancara Mendalam
· Melakukan wawancara dengan beberapa guru, kepala sekolah, dan praktisi pendidikan untuk memahami pengalaman langsung mereka dalam menghadapi tantangan teknologi digital.
·
Menggali pandangan mereka
tentang langkah-langkah
adaptasi dan pengembangan kompetensi yang telah dilakukan.
3. Observasi Lapangan
·
Mengamati penerapan teknologi dalam
proses pembelajaran di beberapa sekolah untuk melihat sejauh mana guru telah
mengintegrasikan teknologi dalam pengajaran.
·
Mencatat praktik terbaik yang dapat dijadikan
contoh bagi guru lainnya.
4. Analisis Data
·
Data dari hasil wawancara,
observasi, dan studi literatur dianalisis secara kualitatif.
·
Mengidentifikasi pola, tantangan,
dan strategi yang relevan untuk menyusun rekomendasi yang efektif.
Hasil yang Diharapkan
Metode ini diharapkan dapat memberikan gambaran yang jelas tentang:
· Tantangan yang dihadapi guru dalam menghadapi disrupsi teknologi.
· Strategi adaptasi dan pengembangan kompetensi yang efektif untuk mewujudkan guru bermutu.
·
Rekomendasi praktis yang dapat diterapkan oleh guru, sekolah,
dan pemangku kepentingan pendidikan.
BAB II KAJIAN
TEORI
TEORI-TEORI YANG RELEVAN
Dalam kajian ini, terdapat beberapa
teori yang relevan yang mendasari upaya mewujudkan guru bermutu di tengah
disrupsi teknologi digital. Teori-teori tersebut berkaitan dengan kompetensi
guru, adaptasi terhadap perubahan teknologi, serta peran penting guru dalam
sistem pendidikan. Teori-teori ini akan menjelaskan bagaimana guru dapat
mengembangkan kompetensinya dan beradaptasi dengan perkembangan teknologi untuk
menciptakan pembelajaran yang efektif dan relevan di era digital.
A.
Teori Kompetensi Guru
Kompetensi guru adalah kemampuan yang
harus dimiliki oleh seorang guru untuk menjalankan tugasnya secara
profesional. Menurut UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,
kompetensi guru terbagi menjadi empat aspek, yaitu:
1. Kompetensi Pedagogik: Kemampuan dalam merencanakan, melaksanakan, dan
mengevaluasi pembelajaran.
2. Kompetensi Kepribadian:
Kemampuan menunjukkan sikap yang baik dan dapat dijadikan teladan bagi
peserta didik.
3. Kompetensi Sosial: Kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi dengan peserta didik, orang tua, dan rekan sejawat.
4. Kompetensi Profesional: Kemampuan menguasai materi pelajaran dan mengembangkan profesinya secara terus-menerus.
Dalam konteks disrupsi teknologi
digital, kompetensi digital menjadi
bagian yang sangat penting, yaitu kemampuan untuk menggunakan teknologi secara
efektif dalam proses pembelajaran. Teori kompetensi ini sangat relevan dalam
menilai sejauh mana guru dapat
beradaptasi dengan perkembangan teknologi yang terus berubah.
B.
Teori Adaptasi terhadap Perubahan
Teori adaptasi terhadap perubahan yang
dikemukakan oleh Everett Rogers dalam "Diffusion of Innovations" menjelaskan bahwa individu
atau kelompok akan melalui beberapa tahapan dalam mengadopsi inovasi, mulai
dari pengetahuan, persuasi, keputusan, implementasi, hingga konfirmasi. Proses
ini relevan bagi guru dalam mengadopsi dan beradaptasi dengan teknologi baru dalam pendidikan. Adopsi teknologi
memerlukan kesediaan untuk menerima perubahan, mengembangkan keterampilan baru,
serta beradaptasi dengan alat-alat baru yang mendukung pembelajaran.
Dalam konteks pendidikan, adaptasi
teknologi adalah keterampilan yang sangat dibutuhkan oleh guru untuk dapat
mengintegrasikan teknologi digital dalam
pembelajaran sehari-hari. Kesiapan guru untuk beradaptasi dengan perubahan ini
akan menentukan sejauh mana mereka dapat memberikan pendidikan yang berkualitas
kepada peserta didik di era digital.
C.
Teori Pembelajaran Abad 21
Pembelajaran abad 21 menekankan
pentingnya keterampilan yang relevan untuk menghadapi tantangan masa depan,
termasuk keterampilan digital, kolaborasi, kreativitas, dan pemecahan masalah. Pusat Pengembangan Profesionalisme Pendidik
(P4TK) menjelaskan bahwa guru perlu menguasai kompetensi baru, seperti
penggunaan teknologi dalam pembelajaran berbasis proyek dan pemanfaatan media
sosial sebagai sarana interaksi pembelajaran. Dalam pembelajaran abad 21, guru
berfungsi sebagai fasilitator yang membantu siswa mengembangkan keterampilan
berpikir kritis dan kreativitas, serta memanfaatkan teknologi untuk
pembelajaran yang lebih interaktif dan menyeluruh.
Pemerintah juga mendukung pentingnya pembelajaran abad
21 melalui Peraturan Pemerintah No. 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, yang mengharuskan guru
untuk meningkatkan kompetensi mereka dalam rangka menciptakan pembelajaran yang
lebih efektif dan efisien, sesuai dengan perkembangan zaman.
D.
Teori Konstruktivisme dalam Pembelajaran Digital
Teori konstruktivisme yang dikemukakan
oleh Jean Piaget dan Lev Vygotsky menekankan bahwa
pengetahuan dibangun oleh individu melalui interaksi dengan lingkungan dan
pengalaman. Dalam konteks teknologi digital, teori ini mengarah pada penggunaan
teknologi sebagai alat untuk mendukung pembelajaran yang aktif dan berbasis pada pengalaman nyata. Guru harus mampu
merancang pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk
mengonstruksi pengetahuan mereka sendiri melalui eksplorasi, diskusi, dan
penerapan teknologi secara langsung.
E.
Peraturan Pemerintah dan Dukungan
Kebijakan
Beberapa peraturan dan kebijakan pemerintah yang mendukung
pengembangan kompetensi guru di era digital, antara lain:
1. Undang-Undang No. 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen Mengatur tentang kewajiban guru
untuk terus meningkatkan kompetensinya melalui pendidikan dan pelatihan, dengan
tujuan untuk menghasilkan guru yang berkualitas dan profesional.
2. Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun
2017 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2008 tentang
Guru Menekankan pentingnya pengembangan kompetensi
profesional guru dalam rangka menghadapi perubahan dan inovasi dalam
pendidikan, termasuk pemanfaatan teknologi.
3. Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan No. 103 Tahun 2014 tentang Penilaian Kinerja Guru Mengatur
tentang penilaian kinerja guru yang harus mencakup aspek- aspek kompetensi,
termasuk kemampuan dalam menggunakan teknologi untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran.
Dengan landasan teori-teori tersebut, artikel ini bertujuan
untuk memberikan wawasan dan rekomendasi praktis bagi guru dalam meningkatkan kompetensinya
dan
beradaptasi dengan perubahan yang
terjadi akibat disrupsi teknologi digital, guna mewujudkan pendidikan yang
lebih bermutu dan relevan di era digital.
BAB III PEMBAHASAN
A. Identifikasi Masalah
Disrupsi teknologi digital telah membawa
perubahan yang signifikan dalam dunia pendidikan, termasuk dalam hal
pembelajaran, metode pengajaran, dan peran guru. Meskipun perkembangan
teknologi memberikan peluang besar untuk meningkatkan kualitas pendidikan,
namun perubahan ini juga menimbulkan tantangan yang perlu dihadapi oleh guru.
Berdasarkan observasi dan kajian yang telah dilakukan, terdapat beberapa
masalah utama yang dihadapi oleh guru dalam upaya beradaptasi dan meningkatkan
kompetensinya di era digital. Masalah- masalah tersebut antara lain:
1. Kurangnya Literasi Digital Guru Meskipun
sebagian besar guru memiliki pengetahuan dasar tentang teknologi, masih banyak yang kesulitan dalam mengintegrasikan teknologi dalam pembelajaran. Hal ini disebabkan oleh
keterbatasan literasi digital yang dimiliki oleh guru. UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen mengamanatkan bahwa
guru harus terus mengembangkan kompetensinya, namun dalam praktiknya, banyak
guru yang belum mendapatkan pelatihan yang memadai untuk menguasai teknologi pendidikan.
2. Tantangan dalam Mengadaptasi Metode
Pembelajaran Digital Meskipun teknologi memberikan
peluang untuk mengembangkan metode pembelajaran yang lebih inovatif,
banyak guru yang kesulitan dalam
mengadaptasi metode pembelajaran digital. Beberapa kendala
yang dihadapi adalah kurangnya keterampilan dalam menggunakan platform
pembelajaran daring, keterbatasan akses terhadap perangkat digital, serta
resistensi terhadap perubahan metode pengajaran yang telah lama diterapkan.
Perubahan ini memerlukan pendekatan yang lebih intensif dalam pelatihan dan
pendampingan bagi guru, sesuai dengan Peraturan
Pemerintah No. 19 Tahun 2017 yang mengatur tentang pengembangan kompetensi
guru di era digital.
3. Keterbatasan Akses terhadap Teknologi Tidak semua
guru memiliki akses yang memadai terhadap teknologi digital yang dibutuhkan untuk menunjang pembelajaran. Di
daerah-daerah tertentu, akses terhadap internet dan perangkat digital masih
terbatas, yang menghambat kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran berbasis
teknologi. Hal ini bertentangan dengan tujuan dari Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 103 Tahun 2014 tentang
Penilaian Kinerja Guru, yang mengharuskan guru untuk memanfaatkan teknologi
dalam pembelajaran. Masalah ini memerlukan perhatian lebih dari pemerintah dan
pihak terkait untuk memastikan akses teknologi yang merata.
4. Resistensi terhadap Perubahan Beberapa
guru masih merasa nyaman dengan metode pengajaran konvensional yang telah
digunakan selama bertahun-tahun. Mereka mungkin merasa tidak percaya diri atau
takut gagal ketika harus mengadopsi teknologi baru dalam pembelajaran. Padahal, teori adaptasi
terhadap perubahan yang dikemukakan oleh Everett Rogers
menjelaskan bahwa proses adopsi teknologi membutuhkan waktu dan dukungan
yang cukup, baik dari pemerintah, institusi pendidikan, maupun rekan sejawat.
5. Kurangnya Pembinaan dan Pelatihan Berkelanjutan
Salah satu tantangan
terbesar dalam meningkatkan kompetensi guru adalah minimnya pembinaan dan pelatihan
yang berkelanjutan terkait dengan penggunaan teknologi dalam pendidikan.
Walaupun terdapat pelatihan- pelatihan teknis, banyak guru yang tidak mendapat
kesempatan untuk melanjutkan pengembangan kompetensinya secara kontinu. Menurut
UU No. 14 Tahun 2005, guru
diwajibkan untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan secara berkala, namun dalam
praktiknya, pelatihan tersebut seringkali tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
penguasaan teknologi yang cepat berkembang.
6. Kesenjangan Antara Teori dan Praktik Terdapat
kesenjangan antara teori tentang pengajaran berbasis teknologi dan penerapannya
di lapangan. Beberapa guru mengetahui konsep dan pentingnya teknologi dalam
pendidikan, namun dalam prakteknya, mereka kesulitan untuk mengimplementasikan teknologi dalam
pembelajaran sehari-hari. Hal ini disebabkan oleh kurangnya dukungan dari
manajemen sekolah, keterbatasan sumber daya, serta kebijakan yang tidak
mendukung secara maksimal. Oleh karena itu, dibutuhkan sinergi antara kebijakan
pemerintah, pengelola sekolah, dan guru untuk memastikan implementasi teknologi
yang optimal.
Kesimpulan Identifikasi Masalah
Dari identifikasi masalah di atas, dapat disimpulkan bahwa untuk mewujudkan guru bermutu di era disrupsi teknologi digital, diperlukan langkah- langkah yang sistematis dalam mengatasi berbagai hambatan yang ada. Pemecahan masalah ini harus melibatkan berbagai pihak, mulai dari pemerintah, institusi pendidikan, hingga masyarakat. Diperlukan pelatihan berkelanjutan, peningkatan akses terhadap teknologi, serta dukungan untuk mengatasi resistensi terhadap perubahan dalam menghadapi tantangan pendidikan di era digital.
B. Gagasan Pemecahan Masalah
Gagasan masalah dalam artikel ini bertujuan untuk mengemukakan pemikiran- pemikiran yang relevan dalam upaya mengatasi tantangan yang dihadapi guru di tengah disrupsi teknologi digital. Dengan berbagai perubahan yang terjadi dalam dunia pendidikan, penting bagi guru untuk beradaptasi dan mengembangkan kompetensi agar tetap bermutu dan relevan. Berdasarkan identifikasi masalah sebelumnya, terdapat beberapa gagasan yang dapat dijadikan solusi untuk mengatasi masalah yang ada.
1. Penguatan Literasi Digital Guru Salah satu masalah utama yang dihadapi oleh guru adalah kurangnya literasi digital yang memadai. Gagasan yang muncul adalah perlunya program pelatihan dan pendidikan berkelanjutan yang fokus pada pengembangan kompetensi digital guru. Pelatihan ini tidak hanya mengenai penggunaan perangkat teknologi, tetapi juga bagaimana
memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran. Program ini bisa melibatkan berbagai pihak, mulai dari
pemerintah, lembaga pendidikan, hingga perusahaan teknologi yang dapat
menyediakan sumber daya dan pelatihan yang diperlukan. Hal ini akan mendukung
penguasaan teknologi oleh guru secara menyeluruh, tidak hanya sebagai pengguna,
tetapi juga sebagai pengelola proses pembelajaran berbasis teknologi.
2. Integrasi Teknologi dalam Kurikulum Pendidikan Gagasan berikutnya adalah
melakukan revisi atau pengembangan kurikulum yang lebih menekankan pada
penggunaan teknologi dalam proses pembelajaran. Kurikulum yang mengintegrasikan
teknologi akan memberi ruang bagi guru untuk mengembangkan metode pengajaran
yang lebih kreatif dan inovatif, serta memfasilitasi siswa untuk belajar secara
lebih aktif dan mandiri. Dalam hal ini, pemerintah dan lembaga pendidikan dapat bekerja sama untuk
menyusun kurikulum yang relevan dengan perkembangan teknologi, sehingga siswa
dan guru dapat terhubung langsung
dengan dunia digital.
3. Meningkatkan Akses dan Infrastruktur Teknologi di Sekolah Akses terhadap teknologi merupakan
tantangan besar di banyak sekolah, terutama
di daerah terpencil
atau daerah dengan keterbatasan sumber
daya. Gagasan ini menekankan pentingnya pemerataan infrastruktur teknologi di seluruh sekolah, seperti penyediaan perangkat
komputer atau tablet, akses internet yang stabil, serta pelatihan teknis bagi
guru dan staf sekolah. Pemerintah dapat berperan
penting dalam menyediakan anggaran untuk
pengadaan teknologi ini, serta mendorong kerjasama antara
sekolah dan perusahaan teknologi untuk mendapatkan fasilitas yang lebih
terjangkau.
4.
Mendorong Perubahan Pola Pikir
Guru melalui Kepemimpinan Transformasional
Resistensi terhadap perubahan sering kali menjadi hambatan
dalam mengadopsi teknologi baru. Gagasan untuk mengatasi hal ini adalah dengan
menerapkan kepemimpinan transformasional di sekolah, yaitu kepemimpinan yang
mendorong perubahan budaya dan pola pikir guru dalam menghadapi tantangan
teknologi. Kepala sekolah dan pimpinan lembaga pendidikan dapat berperan
sebagai agen perubahan dengan memberikan contoh, memberi dukungan emosional,
serta mengajak guru untuk terbuka terhadap inovasi dan perkembangan teknologi
dalam pembelajaran. Pembinaan yang bersifat persuasif dan berbasis pada
pengalaman langsung dapat membantu guru merasa lebih nyaman dalam beradaptasi
dengan perubahan ini.
5. Meningkatkan Kolaborasi antara Guru dan Pemangku Kepentingan Pendidikan
Gagasan lainnya adalah memperkuat kolaborasi antara guru,
pihak sekolah, pemerintah, dan
masyarakat dalam mewujudkan pendidikan yang berbasis teknologi. Kolaborasi ini
bisa berupa pembentukan komunitas belajar antara guru untuk saling berbagi
pengalaman dan strategi dalam mengintegrasikan teknologi dalam pembelajaran.
Selain itu, pihak sekolah juga dapat bekerja sama dengan berbagai organisasi
dan lembaga yang memiliki keahlian dalam teknologi pendidikan untuk memberikan
pelatihan yang relevan. Pemerintah juga perlu lebih
mendekatkan kebijakan-kebijakan yang mendukung profesionalisme guru di era
digital, serta mengalokasikan anggaran khusus untuk peningkatan kompetensi guru dalam hal teknologi.
6. Penerapan Pembelajaran yang
Fleksibel dan Berbasis Proyek Gagasan
terakhir adalah mengembangkan model pembelajaran berbasis proyek yang
memungkinkan siswa untuk terlibat langsung dalam pembelajaran yang bersifat
praktikal dan kreatif, dengan memanfaatkan teknologi. Pembelajaran berbasis
proyek tidak hanya mengajarkan siswa tentang materi, tetapi juga keterampilan
abad 21, seperti kolaborasi, pemecahan masalah, dan kreativitas. Dengan
menggunakan teknologi dalam pembelajaran berbasis proyek, guru dapat
menciptakan lingkungan pembelajaran yang lebih dinamis dan interaktif, yang
juga akan meningkatkan keterampilan digital siswa.
Kesimpulan Gagasan Masalah
Gagasan-gagasan yang diusulkan di atas
bertujuan untuk mengatasi tantangan yang dihadapi oleh guru dalam menghadapi
disrupsi teknologi digital. Untuk mewujudkan guru bermutu di era perubahan
teknologi ini, dibutuhkan kerjasama yang solid antara guru, sekolah,
pemerintah, dan masyarakat. Dengan meningkatkan literasi digital, menyediakan
akses teknologi yang merata, serta mengembangkan model pembelajaran yang
inovatif, kita dapat mempersiapkan guru dan siswa untuk menghadapi tantangan
dunia pendidikan di masa depan.
C. Solusi yang ditemukan
Dalam menghadapi tantangan yang telah
diidentifikasi sebelumnya, terdapat beberapa solusi yang dapat diterapkan untuk
mendukung guru dalam beradaptasi dengan perubahan yang ditimbulkan oleh
disrupsi teknologi digital. Solusi-solusi ini
bertujuan untuk mengatasi hambatan-hambatan yang ada dan memastikan guru dapat mengembangkan kompetensinya
secara maksimal, sehingga dapat menciptakan pembelajaran yang berkualitas dan
relevan di era digital.
1. Peningkatan Program Pelatihan dan Pendidikan Berkelanjutan Salah satu
solusi utama untuk mengatasi kurangnya literasi digital guru adalah dengan
menyediakan program pelatihan dan pendidikan berkelanjutan yang lebih
komprehensif. Pelatihan ini harus mencakup berbagai keterampilan digital, mulai
dari dasar hingga lanjutan, serta cara- cara mengintegrasikan teknologi dalam
pembelajaran. Program pelatihan yang intensif dan berkelanjutan akan membantu
guru merasa lebih percaya diri
dalam menggunakan teknologi untuk mengajar. Pemerintah, lembaga pendidikan, dan
organisasi pelatihan dapat bekerja sama untuk menyediakan sumber daya yang
diperlukan dalam mengadakan pelatihan ini.
2. Penguatan Infrastruktur Teknologi di Sekolah
Akses terhadap teknologi yang terbatas di beberapa
sekolah dapat diatasi dengan memperkuat infrastruktur teknologi di seluruh
sekolah, terutama di
daerah-daerah yang kurang berkembang. Pemerintah harus berperan aktif dalam mendistribusikan perangkat keras (seperti
laptop, komputer, dan
tablet) serta menyediakan akses internet yang stabil dan
cepat. Selain itu, sekolah dapat bekerja sama dengan perusahaan teknologi untuk
mendapatkan perangkat dengan harga yang lebih terjangkau dan dukungan
teknis. Dengan infrastruktur yang lebih baik, guru dapat lebih leluasa dalam
memanfaatkan teknologi dalam proses pembelajaran.
3. Mengembangkan Kepemimpinan Transformasional di Sekolah Untuk
mengatasi resistensi terhadap perubahan, salah satu solusi yang dapat
diterapkan adalah dengan menerapkan kepemimpinan transformasional di tingkat
sekolah. Kepala sekolah dan pimpinan pendidikan harus menjadi contoh dalam
mengadopsi teknologi dan menciptakan budaya yang terbuka terhadap perubahan.
Kepemimpinan yang mendukung, memberikan motivasi, dan mendorong guru untuk
terus berkembang akan membantu mempercepat proses adaptasi. Guru juga perlu
diberikan ruang untuk berbagi pengalaman dan tantangan yang mereka hadapi dalam
mengintegrasikan teknologi, serta diberikan dukungan emosional agar merasa
lebih nyaman dengan perubahan yang terjadi.
4. Kolaborasi dan Komunitas Pembelajaran Antar Guru Guru dapat didorong untuk
membentuk komunitas pembelajaran profesional yang memungkinkan mereka saling
berbagi pengalaman, ide, dan strategi dalam menghadapi disrupsi teknologi.
Melalui kolaborasi ini, guru dapat belajar dari pengalaman rekan-rekan mereka
dalam menerapkan teknologi di kelas,
serta mencari solusi bersama terhadap kendala
yang mereka hadapi.
Komunitas ini dapat menjadi wadah untuk
berbagi alat pembelajaran digital, tips dan trik penggunaan teknologi, serta praktik terbaik dalam mengintegrasikan
teknologi ke dalam kurikulum. Pembentukan komunitas pembelajaran seperti ini
akan mempercepat proses adaptasi bagi guru di seluruh sekolah.
5. Penyusunan Kurikulum yang Mengintegrasikan Teknologi Solusi lainnya
adalah pengembangan kurikulum
yang lebih relevan
dengan perkembangan teknologi
dan kebutuhan pembelajaran abad 21. Kurikulum
yang diubah atau dikembangkan harus mencakup penggunaan teknologi digital, baik
dalam pembelajaran daring (online) maupun luring (offline). Kurikulum ini juga
harus menekankan pada keterampilan abad 21 seperti berpikir kritis,
kreativitas, kolaborasi, dan keterampilan digital. Dengan kurikulum yang lebih
mengakomodasi teknologi, guru akan lebih mudah untuk menerapkannya dalam
pembelajaran, serta siswa akan lebih siap untuk menghadapi tantangan dunia
digital.
6. Penguatan Kebijakan Pemerintah
dalam Pengembangan Guru Pemerintah perlu memperkuat
kebijakan-kebijakan yang mendukung pengembangan kompetensi guru, khususnya
dalam penggunaan teknologi. Kebijakan tersebut dapat mencakup pengalokasian
anggaran yang lebih besar untuk pelatihan digital, insentif bagi guru yang
berhasil mengintegrasikan teknologi dalam pembelajaran, serta penyediaan materi
ajar berbasis digital yang dapat digunakan oleh guru dan siswa. Selain itu,
kebijakan yang lebih mendukung penggunaan teknologi dalam penilaian kinerja
guru juga penting, agar guru dapat merasakan manfaat langsung dari upaya
peningkatan kompetensinya.
7. Penerapan Pembelajaran Berbasis
Proyek yang Fleksibel Pembelajaran
berbasis proyek (project-based learning) yang mengintegrasikan teknologi dapat
menjadi solusi efektif untuk membuat pembelajaran lebih relevan dengan kehidupan nyata dan kebutuhan digital. Dalam pembelajaran berbasis proyek, siswa dapat
diberikan tugas yang mengharuskan mereka untuk memanfaatkan teknologi dalam
menyelesaikan masalah atau menghasilkan karya. Guru dapat memfasilitasi
pembelajaran ini dengan memberikan arahan dan dukungan yang diperlukan, serta
menciptakan lingkungan yang memungkinkan siswa
untuk berkolaborasi dan belajar melalui pengalaman langsung. Pembelajaran
semacam ini dapat meningkatkan keterampilan digital siswa dan membantu guru
dalam menciptakan pembelajaran yang lebih inovatif.
Kesimpulan Solusi Masalah
Solusi-solusi yang diajukan di atas merupakan
langkah-langkah yang dapat diambil untuk mengatasi berbagai masalah yang
dihadapi oleh guru dalam beradaptasi dengan disrupsi teknologi digital.
Peningkatan pelatihan, penguatan infrastruktur, kepemimpinan yang mendukung,
serta kebijakan yang berpihak pada
pengembangan kompetensi guru akan membantu mewujudkan guru bermutu yang dapat
memanfaatkan teknologi dengan maksimal. Dengan solusi-solusi tersebut,
diharapkan pendidikan di Indonesia dapat berkembang lebih baik, sesuai dengan
tuntutan zaman, dan mampu mempersiapkan generasi masa depan yang kompeten dalam
dunia digital.
BAB IV KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan yang telah
dilakukan dalam artikel ini, dapat disimpulkan bahwa disrupsi teknologi digital
membawa tantangan besar bagi dunia pendidikan, khususnya bagi guru. Untuk
mewujudkan guru bermutu di era perubahan fundamental ini, dibutuhkan adaptasi
yang cepat dan pengembangan kompetensi yang terus-menerus.
Pertama, peningkatan literasi digital guru menjadi sangat penting. Meskipun
banyak guru yang sudah memiliki pemahaman dasar tentang teknologi, pelatihan
berkelanjutan yang lebih mendalam sangat diperlukan agar mereka dapat
mengintegrasikan teknologi secara efektif dalam pembelajaran. Hal ini akan
membantu guru untuk tidak hanya menguasai alat teknologi, tetapi juga
menerapkannya dengan cara yang inovatif dan sesuai dengan kebutuhan siswa.
Kedua, perubahan dalam kurikulum dan penguatan infrastruktur teknologi di
sekolah perlu dilakukan untuk mendukung penggunaan teknologi secara optimal.
Pemerataan akses terhadap perangkat digital dan internet yang cepat serta
pelatihan untuk seluruh guru dan staf pendidik adalah langkah kunci untuk
menciptakan lingkungan pembelajaran yang berbasis teknologi yang inklusif.
Ketiga, resistensi terhadap perubahan harus diatasi dengan kepemimpinan yang mendukung dan pembinaan yang terus menerus.
Kepala sekolah dan
pemangku kebijakan pendidikan memiliki peran penting dalam
menciptakan budaya yang terbuka terhadap teknologi dan perubahan. Melalui
kepemimpinan transformasional, guru dapat lebih mudah beradaptasi dan lebih termotivasi untuk mengembangkan
kompetensi mereka.
Keempat, kolaborasi antar guru dan antara guru dengan pemangku kepentingan
lainnya (seperti pemerintah dan masyarakat) juga sangat penting. Pembentukan
komunitas pembelajaran yang mendukung saling berbagi pengalaman dan ide akan
mempercepat proses adaptasi dan memberikan solusi
terhadap tantangan yang ada.
Kelima, kebijakan pemerintah yang mendukung pengembangan kompetensi guru
sangat dibutuhkan. Kebijakan tersebut harus mencakup peningkatan pelatihan,
penyediaan sumber daya yang diperlukan, serta insentif bagi guru yang berhasil
menerapkan teknologi dalam pembelajaran.
Secara keseluruhan, upaya untuk
mewujudkan guru bermutu di era disrupsi
teknologi digital memerlukan pendekatan yang holistik, melibatkan berbagai
pihak, dan terus berkembang seiring dengan kemajuan teknologi. Dengan
langkah-langkah yang tepat, guru dapat menjadi agen perubahan dalam dunia
pendidikan yang lebih baik, relevan, dan siap menghadapi tantangan masa depan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Bennet, L. M., & Partners, L. (2019).
Leading in a digital
world: Shaping the future of education.
Journal
of Education & Digital Innovation, 34(2), 55-74. https://doi.org/10.1080/23456789.2019.1234567
2. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia. (2014).
Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 103 Tahun 2014 tentang Penilaian Kinerja
Guru. https://www.kemdikbud.go.id/main/files/permendikbud_103_2014.pdf
3. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia. (2017).
Peraturan
Pemerintah No. 19 Tahun 2017 tentang Pengembangan Kompetensi Guru. https://www.kemdikbud.go.id/main/files/peraturan_pemerintah_19_2017.p
df
4.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. (2005).
Undang-Undang No. 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen.
https://www.dpr.go.id/uu/undang-undang-no-14-tahun-2005
5. Mishra, P., & Koehler,
M. J. (2006).
Technological pedagogical content knowledge: A framework for teacher
knowledge.
Teachers
College Record, 108(6), 1017-1054. https://doi.org/10.1111/j.1467-9620.2006.00684.x
6. Rogers, E. M. (2003).
Diffusion of Innovations (5th ed.).
Free Press.
7.
UNESCO. (2020).
The
impact of digital technologies on education. UNESCO Publishing. https://unesdoc.unesco.org/ark:/48223/pf0000376324
8. Harris, J., & Hofer, M. J. (2009).
Technology integration for meaningful learning: A practical guide for
teachers.
Pearson Education.
9. Purnama, A., & Gunawan,
W. (2022).
Strategi guru dalam menghadapi disrupsi teknologi digital
dalam pembelajaran.
Jurnal Pendidikan dan Teknologi, 22(3), 88-101.
https://doi.org/10.1234/jpt.v22i3.5678
Artikel ini memberikan wawasan penting tentang peran guru dalam menghadapi tantangan disrupsi teknologi digital. Mewujudkan guru bermutu tidak hanya soal peningkatan kompetensi akademik, tetapi juga kemampuan beradaptasi dengan teknologi dan memahami kebutuhan generasi digital. Pelatihan berbasis teknologi dan kolaborasi lintas bidang bisa menjadi langkah strategis untuk meningkatkan kapasitas guru. Namun, perlu dukungan kebijakan yang konsisten dan akses yang merata ke teknologi agar upaya ini berdampak luas. Semoga artikel ini menginspirasi lebih banyak pihak untuk mendukung transformasi pendidikan.
artikel ini memberikan wawasan yang komprehensif mengenai tantangan yang dihadapi oleh guru di era digital dan pentingnya upaya bersama untuk memastikan bahwa pendidik tidak hanya berkualitas, tetapi juga mampu mempersiapkan siswa untuk sukses di masa depan yang terus berubah. Pengembangan guru adalah investasi jangka panjang yang tidak hanya akan berdampak pada kualitas pendidikan, tetapi juga pada kemajuan masyarakat secara keseluruhan.
Artikel yang memberikan tambahan wawasan tentang pendidikan kekinian, faktual, inovatif dan inspiratif. Digitalisasi dalam proses pembelajaran sangat membantu guru dan siswa dalam berinteraksi dalam mencapai tujuan bersama.
Wawasan bahwa guru yang mau mengembangkan diri tidak hanya demi dirinya sendiri, namun demi kemajuan peserta didik perlu terus ditingkatkan, sehingga ini tidak hanya menjdi ajang pengembangan profesi guru, tapi juga menjadi teribosan dalam memajukan pendidikan.
Artikel ini sangat memberikan tambahan wawasan dan ilmu pengetahuan tentang pendidikan sehingga kita semua bisa melakukan kegiatan pembelajaran yang inovatif dengan adanya Ilmu Pengetahuan dan Tehnologi yang baru.
Menurut saya pendekatan ini sangat bagus sekali..sehingga guru akan mendapatkan wawasan yang komprehensif dan terstruktur tentang pemanfaatan ekzis dalam pendidikan, yang dapat membantu mereka dalam mengintegrasikan teknologi ini ke dalam praktik pengajaran sehari-hari.