DISRUPSI vs ZONA NYAMAN
DISRUPSI vs ZONA NYAMAN
Oleh
DWI SUWARNANING TYASTUTIK, S.Pd
“Dua tahun lagi saya pensiun dik!”
“Untuk apa ikut-ikutan pelatihan mandiri di PMM apalagi harus membayar,
sudah puluhan tahun mengajar banyak murid saya yang sudah sukses tanpa saya
ikuti pelatihan seperti itu!”
“HP saya jadul tidak bisa dipakai untuk membuka PMM!”
Beragam alasan penolakan untuk bergeser dari zona nyaman pasti sering
kita dengarkan seperti contoh celoteh teman-teman guru di sekitar kita. Diakui atau
tidak kenyataan itu masih sering kita temui di manapun kita berada.
Memang cukup sulit dan pelik jika kita bertemu dengan teman-teman guru
yang seperti itu, padahal di era saat ini semua guru diharapkan bisa bergerak
mengikuti perubahan zaman. Di antara ribuan lahirnya Guru Penggerak ternyata
memang masih saja bisa kita temui guru yang seperti itu di setiap lembaga sekolah.
Guru-guru yang tetap bertahan pada pola mengajar yang lama, tetap kukuh pada
kebiasaan lama dan jadul, yang semuanya sama seperti dulu dan tidak pernah
berubah, seperti cuplikan lagu Dian Pisessa “Aku masih seperti yang dulu”...
hehehe....
Bukan hanya guru-guru senior yang masih tetap mempertahankan zona
nyaman mereka. Hal yang sama bisa kita jumpai pada teman-teman yang mungkin
seangkatan, seumuran atau bahkan jauh lebih muda dari kita. Beragam alasan pun
masih sering kita dengar tentang keengganan mereka untuk melaksanakan tugas
mengajar yang itu-itu saja. Masih kurang atau bahkan tidak ada keinginan untuk
berlari mengejar ketertinggalan dari perubahan yang begitu cepat di era saat ini.
Sejak Pandemi 2020 kita sadari atau tidak ternyata perubahan di semua sisi
kehidupan memang sudah terjadi dan kita semua mengalaminya. Hingga saat ini
ketika era disrupsi terjadi kita pun harus mengalaminya, mau tidak mau, suka tidak
suka, bisa tidak bisa, kita tidak pernah bisa menolaknya.
Dalam KBBI, Era Disrupsi adalah masa dimana perubahan-perubahan yang
terjadi disebabkan karena adanya inovasi yang begitu hebat sehingga mengubah
sistem dan tatanan kehidupan masyarakat secara luas. Begitupun dengan dunia
pendidikan kita juga mengalami era disrupsi. Sejak Pandemi teman-teman guru
yang masih gaptek terpaksa harus mengikuti perubahan dengan mengganti telepon
genggam jadul mereka dengan tipe yang baru.
Pertanyaannya adalah mengapa perubahan tersebut tidak juga bisa
mengubah posisi mereka di zona nyaman agar berpindah pada zona disrupsi yang
penuh inovasi..??? Pertanyaan yang mungkin tidak perlu kita bahas jawabannya,
karena yang lebih penting adalah tindakan nyata kita sebagai sesama guru untuk
bisa mengajak teman-teman bergeser dari zona nyaman mereka.
Hanya diperlukan satu kunci jawaban dari hal tersebut yaitu “kolaborasi dan
kontinuitas”. Implementasinya adalah kolaborasi Guru Penggerak sebagai tutor
sebaya dan keberlanjutan pembinaan dari Kepala Sekolah.
Seperti kita ketahui bersama Guru Penggerak kita pasti memiliki banyak
ilmu dan inovasi yang harus diimbaskan kepada semua guru di lingkungan
tempatnya bertugas, terutama di sekolah sendiri. Guru Penggerak merupakan guru
yang memiliki peran penting dalam meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah.
Mereka bukan hanya seorang pengajar, tetapi juga pemimpin pembelajaran yang
memiliki tanggung jawab untuk memimpin pembelajaran, mengembangkan
pendidik lain dan menjadi agen transformasi. Ketiga tanggung jawab penting ini
perlu dimaksimalkan termasuk menjadi tutor sebaya bagi guru-guru yang masih
tetap bertahan pada zona nyaman mereka. Tanpa harus menggurui mereka namun
setidaknya Guru Penggerak bisa menjadi virus baik agar bisa tertular pada mereka
untuk bisa berubah berprestasi dan lebih baik lagi kualitas pembelajarannya.
Peran penting Guru Penggerak untuk menjadi agen transformasi bagi guru-
guru haruslah dibarengi dengan sinergi keberlanjutan pembinaan dari Kepala
Sekolah. Sebagai pemimpin pembelajaran di sekolah peran Kepala Sekolah
sangatlah penting untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Pelatihan dan
pengembangan guru untuk meningkatkan kompetensi haruslah terprogram dan
terlaksana secara rutin sesuai kesepakatan bersama. Dukungan mentoring dan
coaching juga harus senantiasa dilaksanakan untuk memberikan dukungan kepada
para guru agar lebih dapat meningkatkan kemampuan dan kompetensi mereka.
Fasilitasi Kepala Sekolah dalam kegiatan komunitas belajar di mana Guru
Penggerak berperan sebagai fasilitator dan pembimbing, haruslah tetap rutin
dilaksanakan. Dengan demikian secara perlahan namun pasti, para guru yang masih
kukuh ada di zona nyaman mereka, lambat laun pastilah akan menuju pada
perubahan. Seperti harapan kita bersama perubahan yang terjadi adalah perubahan
positif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, yang muaranya adalah
peningkatan kualitas pendidikan generasi emas bangsa Indonesia.
Disrupsi pendidikan harus kita sikapi dengan positif agar hasilnya pun
positif. Zona nyaman haruslah pula segera kita tinggalkan agar kita tidak terlindas
oleh proses disrupsi yang saat ini sedang dan terus terjadi.
Tetaplah berpikiran positif terhadap semua perubahan yang terjadi. Tetap
semangat dan terus berkarya Guru-guru Indonesia demi anak didik kita semua.
Hidup PGRI...!!!
Hidup Guru Indonesia..!!!
Link lengkap https://drive.google.com/file/d/1iAnHwXSxYrcwHwE7RsVhdmEFIgoAeVgb/view?usp=sharing
Teringat dengan cuplikan kata inspirasi dari mas menteri nadiem bahwa " "Apa pun perubahan kecil itu, jika setiap guru melakukannya secara serentak, kapal besar bernama Indonesia ini pasti akan bergerak"
Semangat untuk berkarya...bangkit dari mimpi agar menjadi kenyataan....